Top Buddhist temples in Bantul Regency, Indonesia
Top Rated Buddhist temples in Bantul Regency
Top Reviewed Buddhist temples in Bantul Regency
Reviews

Candi Gampingan pertamakali ditemukan oleh Bapak Sarjono sewaktu menggali tanah untuk pembuatan batu bata di tanah milik Ibu Mulya Prawiro di tahun 1995 di bulan Juni. Berdasarkan gaya seni bangunan, Candi Gapingan merupakan Candi Budha di abad IX Masehi, Candi ini tertimbun di dalam tanah sedalam 120 cm akibat tertimbun lahar vulkanik. Tidak ada tiket masuk, kendaraan bisa di parkir di ladang warga. Jalan menuju ke candi terbilang kecil dan melewati sawah warga.

Candi Gampingan hanya tinggal satu candi induk dan terdapat juga struktur pondasi (kemungkinan candi perwaranya?) Tidak banyak yang bisa dieksplorasi ditempat ini selain masih adanya bagian kaki pada candi induk dan memiliki ukiran.
Candi berada tepat di dekat rumah warga dan daerah persawahan. Tidak ada penjaga atau tiket masuk ketempat ini. Namun ada batas kujungan untuk masuk ke dalam candi.
Tidak ada fasilitas lain seperti toilet dan parkir. Untuk parkir kita bisa menggunakan bahu jalan.
Candi berada tepat di dekat rumah warga dan daerah persawahan. Tidak ada penjaga atau tiket masuk ketempat ini. Namun ada batas kujungan untuk masuk ke dalam candi.
Tidak ada fasilitas lain seperti toilet dan parkir. Untuk parkir kita bisa menggunakan bahu jalan.

tidak jelas masuknya darimana, penjadanya dimana. lebih mirip situs yang dikelilingi pagar tanaman. berdampingan langsung dengan rumah warga dan sepertinya tidak ada penggalian lanjutan sejak 1997. bangunan yang ada hanya lapisan dasar dantidak ada penampakan bagian atas. sedangkan batuan lain yang ditemukan di sana hanya ditumpuk disekitarnya. benda-benda yang katanya ditemukan dalam bagian candi tidak diterangkan disimpan dimana atau dipamerkan dimana. yang jelas, tidak ada di lokasi ini.

Religion: Buddhist.
Main features: Sanctuary type 4 facing west.
State of preservation: Only bases remain.
Description: Up to now, four buildings have been excavated6. Three of them form the “main compound”. The fourth structure, located some 50m away, constitutes the “secondary compound”.
The main compound is formed from a central temple and two secondary structures standing in a row.
The base of the main building is 4,50m square, with a projecting staircase to the west. Unfortunately, nothing remains of the temple body, except the 1m square cella pit.
The secondary structures are located to the north and south of the central temple. Only 2,40m square foundations remain. Curved stones with padma-mouldings found around the compound suggest that these secondary constructions were actually stūpa.
Remains of another structure are visible 4m to the south of the southern secondary building. Whether this was a temple, a stūpa or part of an enclosure is not known.
The secondary compound is not on a line with the main compound. It houses only one small square base.
Main features: Sanctuary type 4 facing west.
State of preservation: Only bases remain.
Description: Up to now, four buildings have been excavated6. Three of them form the “main compound”. The fourth structure, located some 50m away, constitutes the “secondary compound”.
The main compound is formed from a central temple and two secondary structures standing in a row.
The base of the main building is 4,50m square, with a projecting staircase to the west. Unfortunately, nothing remains of the temple body, except the 1m square cella pit.
The secondary structures are located to the north and south of the central temple. Only 2,40m square foundations remain. Curved stones with padma-mouldings found around the compound suggest that these secondary constructions were actually stūpa.
Remains of another structure are visible 4m to the south of the southern secondary building. Whether this was a temple, a stūpa or part of an enclosure is not known.
The secondary compound is not on a line with the main compound. It houses only one small square base.

Good views

Salah satu yang memiliki relief cantik yang khas itu adalah Candi Gampingan, sebuah candi yang ditemukan secara tak sengaja oleh pengrajin batu bata di Dusun Gampingan, Piyungan, Bantul pada tahun 1995. Meski ukurannya kecil dan sudah tak utuh lagi, Candi Gampingan masih kaya akan relief yang mempesona.
Salah satu relief cantik yang bisa dijumpai di candi ini adalah relief hewan yang ada di kaki candi. Relief hewan di Gampingan begitu natural hingga bisa diketahui jenis hewan yang digambarkan. Cukup jarang candi yang memiliki relief demikian, setidaknya hanya Candi Prambanan dan Mendut yang dikenal memiliki relief serupa. Semua relief itu dihias dengan latar sulur-suluran, yaitu padmamula (akar tanaman teratai) yang diyakini sebagai sumber kehidupan.
Saat YogYES berkeliling, tampak jenis hewan yang mendominasi adalah burung. Terdapat relief burung gagak yang tampak memiliki paruh besar, tubuh kokoh, sayap mengembang ke atas dan ekor berbentuk kipas. Ada pula relief burung pelatuk yang digambarkan memiliki jambul di atas kepala, paruh yang agak panjang dan runcing serta sayap yang tidak mengembang. Selain itu, ada juga ayam jantan yang memiliki dada membusung dan sayap mengembang ke bawah.
Pembuatan relief burung dalam jumlah banyak di candi ini berkaitan keyakinan masyarakat saat itu terhadap kekuatan transedental burung. Diyakini, burung merupakan perwujudan para dewa sekaligus pembawa pesan dari alam para dewa atau nirwana. Burung juga berkaitan dengan kebebasan absolut manusia yang dicapai setelah berhasil meninggalkan kehidupan duniawi, lambang jiwa manusia yang lepas dari raganya.
Relief hewan lain yang juga banyak digambarkan adalah katak. Masyarakat saat itu percaya bahwa katak memiliki kekuatan gaib yang mampu mendatangkan hujan, sehingga katak juga dipercayai mampu meningkatkan produktivitas, karena air hujan yang didatangkan katak bisa meningkatkan hasil panen. Katak yang sering muncul dari air juga melambangkan pembaharuan kehidupan dan kebangkitan menuju arah yang lebih baik.
Hingga kini, relief itu masih menyisakan pertanyaan, apakah sebuah fabel (cerita hewan yang didongengkan pada anak-anak) seperti di Candi Mendut atau gambaran hewan yang sengaja dibuat untuk menunjukkan maksud tertentu. Pertanyaan itu muncul sebab gambaran hewan seperti di Candi Gampingan tak ditemukan dalam kitab yang memuat fabel, seperti Jataka, Sukasaptati, Pancatantra dan versi turunannya.
Salah satu relief cantik yang bisa dijumpai di candi ini adalah relief hewan yang ada di kaki candi. Relief hewan di Gampingan begitu natural hingga bisa diketahui jenis hewan yang digambarkan. Cukup jarang candi yang memiliki relief demikian, setidaknya hanya Candi Prambanan dan Mendut yang dikenal memiliki relief serupa. Semua relief itu dihias dengan latar sulur-suluran, yaitu padmamula (akar tanaman teratai) yang diyakini sebagai sumber kehidupan.
Saat YogYES berkeliling, tampak jenis hewan yang mendominasi adalah burung. Terdapat relief burung gagak yang tampak memiliki paruh besar, tubuh kokoh, sayap mengembang ke atas dan ekor berbentuk kipas. Ada pula relief burung pelatuk yang digambarkan memiliki jambul di atas kepala, paruh yang agak panjang dan runcing serta sayap yang tidak mengembang. Selain itu, ada juga ayam jantan yang memiliki dada membusung dan sayap mengembang ke bawah.
Pembuatan relief burung dalam jumlah banyak di candi ini berkaitan keyakinan masyarakat saat itu terhadap kekuatan transedental burung. Diyakini, burung merupakan perwujudan para dewa sekaligus pembawa pesan dari alam para dewa atau nirwana. Burung juga berkaitan dengan kebebasan absolut manusia yang dicapai setelah berhasil meninggalkan kehidupan duniawi, lambang jiwa manusia yang lepas dari raganya.
Relief hewan lain yang juga banyak digambarkan adalah katak. Masyarakat saat itu percaya bahwa katak memiliki kekuatan gaib yang mampu mendatangkan hujan, sehingga katak juga dipercayai mampu meningkatkan produktivitas, karena air hujan yang didatangkan katak bisa meningkatkan hasil panen. Katak yang sering muncul dari air juga melambangkan pembaharuan kehidupan dan kebangkitan menuju arah yang lebih baik.
Hingga kini, relief itu masih menyisakan pertanyaan, apakah sebuah fabel (cerita hewan yang didongengkan pada anak-anak) seperti di Candi Mendut atau gambaran hewan yang sengaja dibuat untuk menunjukkan maksud tertentu. Pertanyaan itu muncul sebab gambaran hewan seperti di Candi Gampingan tak ditemukan dalam kitab yang memuat fabel, seperti Jataka, Sukasaptati, Pancatantra dan versi turunannya.

Still natural temple

Situs candi yang terbuat dari batu putih, yang terlihat utuh tinggal kaki candi, dan beberapa batu yang belum bisa di susun diletakkan di sudut taman. candi berada di tengah persawahan, Saat saya datang kesini pintu situs sudah dikunci pada siang hari. datang lebih pagi jika ingin masuk ke situs candi. selamat berwisata sejarah.